IMM Ku Dulu, Mana IMM Mu Kini!?



Selamat milad IMM ke-56 (14 Maret 1964 - 14 Maret 2022), jayalah IMM jaya!

Saya ingin mengulas Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) ketika masih aktif dulu (2003-2008). Saya yakin, organisasi itu fleksibel, mengikuti dari budaya manusia di dalamnya. Walau ada rule di dalamnya, seperti IMM yang rule-nya adalah Tri Kompetensi Dasar dan tentu rule besarnya adalah Muhammadiyah.

Saya ingin bercerita sekelumit yang teringat tentang IMM ku dulu. Kenapa 'IMM ku dulu'? Karena setiap generasi tentu berbeda. Budaya IMM saat saya aktif dan saat ini, saya yakin berbeda. Tak perlu harus mendikte supaya sama setiap zaman, tidak. Maka ku bilang, "IMM ku dulu, mana IMM mu kini".


Tak Dianggap

Ikut Darul Arqom Dasar (DAD), pengkaderan pertama IMM, tahun 2003 tak terlepas dari peran pendamping Pesmaba. Dia kader IMM. Saat IMM Renaissance FISIP Universitas Muhammadiyah Malang membuka stand di lantai 6 GKB 1, saya dan kedua teman ditarik untuk mendaftar. Biayanya Rp20 ribu. Saya dan kedua teman manut, maklum masih poloso. Beberapa pekan, kami ditelepon untuk ikut pengkaderan beberapa hari di suatu tempat di Kota Batu.

Setelah resmi menjadi kader IMM, beberapa kali kami diundang ke komisariat. Saat itu tempatnya di salah satu kontrakan rumah di Jetis, Malang. Pada tahun-tahun itu, motor masih jadi kendaraan langka. Penuh ramai oleh kader di komisariat. Untuk diketahui, IMM di UMM ini tidak mendapat kantor di dalam kampus, tetapi harus mencari kontrakan sendiri di luar. Kantor diberi oleh kampus hanya untuk Korkom (Koordinator Komisariat) yang juga punya kepengurusan pertahunnya.

Beberapa kali ikut rapat, agenda, dll, ada perasaan berbeda. Seperti saya dan beberapa teman adalah kader yang tak dianggap. Beda perlakuan dengan kader-kader baru lain. Kami hampir dicuekin. Namanya kader baru, pasti masih canggung untuk bisa langsung akrab. Hingga akhirnya, saya memutuskan untuk malas ke komisariat.


Karena Tulisan Dimuat Koran

Salah satu agenda yang cukup saya senangi, adalah diklat penulisan. Saya ikuti agenda itu, dengan pembicara diantaranya seperti Mas Ilham (akhirnya jadi wartawan olahraga Jawa Pos) dan juga mas Hilmi Faiq (hingga kini di Kompas). Tulisan-tulisan mereka menghiasi media massa koran. Bahkan seperti mas Faiq, cerpen-cerpennya kerap kali dimuat.

Walau merasa tak dianggap di komisariat, saya ambil ilmu penulisan tersebut. Saya buat tulisan opini, menulis di beberapa lembar kertas. Mencari bahan di perpustakaan kampus. Lalu, meminta tolong teman untuk membuatkan email. Saya termasuk gaptek, karena baru saat di Malang inilah mengenal yang namanya internet.

Setelah tulisan opini dikirim via surel tersebut, lalu beberapa hari kemudian dimuat di Malang Pos. Bangga dan senang tentunya. Apalagi tulisan itu bisa diuangkan ke kampus. Senior di komisariat yang berlangganan banyak koran, akhirnya mengenal saya. Walau dalam tulisan yang saya ingat dimuat pada 2004 itu, tidak menampilkan saya sebagai aktifis IMM, hanya mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang.

Dari tulisan yang dimuat itupula, saya kerap disuruh hadir di komisariat untuk diskusi kelompok kajian. Namanya Renaissance Political Research and Studies atau RePORT, yang diampu oleh mas Ilham. Diskusinya akhir pekan, menghimpun data dari berbagai koran, dipaparkan teori-teori dari beragam buku saat diskusi, sehingga dari hasil diskusi itu kami menulis opini di media massa lagi. Lambat laun, tulisan aktivis RePORT ini bahkan hampir setiap hari menghiasi kolom opini di media lokal, bahkan termasuk beberapa kali di Jawa Pos dan Kompas Edisi Jatim (saat itu masih ada).

Budaya diskusi ini terus dirawat. Bahkan karena seringnya anggota diskusi dimuat di media, maka ada semacam 'iuran', membeli makan ringan setiap diskusi RePORT tersebut.


Tidur Ditemani Bau Bensin

Saat itu komisariat pindah ke salah satu kontrakan di Tlogomas Gang 15C. Posisinya di ujung paling bawah, dekat sungai. Tiga kamar, satu ruang tv dan satu ruang tamu. Kamar mandi dan dapur agak ke bawah, ada sebuah tangga untuk turun.

Yang tinggal di komisariat (resmi membayar) hanya 4-5 orang. Tetapi yang tidur di sana bisa lebih dari 10. Maka jangan heran jika satu kamar kadang diisi 3-4 orang. Sisanya, bahkan tidur di kamar depan yang itu tempat motor disimpan kala malam hari.

Di depan televisi sudah full. Beberapa orang terpaksa tidur di sela-sela motor. "Bau bensin," katanya. Karena memang bensin motor supra itu menetes. Apa mau dikata.


Enam SKS

Ini semacam sesi curhat para immawan (kader IMM laki-laki). Tak tahu pasti kapan forum ini mulai terbentuk. Tetapi saat kami masuk, Enam SKS ini sudah berjalan lama. Ini semacam curhat para immawan yang terpukau dengan immawati (ketawa ngakak tulis ini). 

Biasanya berlangsung tengah malam, seusai rapat komisariat atau seusai diskusi. Bayangkan, sangarnya immawan IMM Renaissance FISIP berbicara soal perasaan, soal cinta, soal ketertarikan pada lawan jenis. Yang biasa berorasi saat aksi demo, bersitegang dengan aparat, bersitegang dengan sesama organisasi ekstra, berapi-api dalam menyampaikan teori-teori, dan ini terjerembab dalam sebuah perasaan melow karena cinta. Yang biasanya saling sanggah dan berdebat kala evaluasi acara komisariat, kini saling memberi masukan untuk mengutarakan cinta ke immawati atau tidak.

Ah jangan dibayangkan, tambah lucu jadinya. Tapi forum ini cukup dinikmati, dinikmati oleh para immawan yang kaku akan urusan hati dan cinta, takut akan urusan hati dan cinta, padahal mereka sangat berani dalam urusan orasi dan perdebatan ilmu dan organisasi di luar sana.

Waktu komisariat di Tlogomas Gang 15C paling bawah itu, Enam SKS ini kerap kali digelar di lantai atas. Tinggal gelar karpet sampai tengah malam. Kalau sudah lelah, ya tidur di situ. Kadang dibangunin sama mbak-mbak yang kos di depan komisariat. Canggih kan kami, hehehe...


Musykom Yang Selalu Ribut, Meja Melayang

Setiap Musykom IMM Renaissance FISIP UMM, hampir selalu bakal ramai. Terutama yang paling seru adalah ketika LPJ kepengurusan. Agendanya selalu dihari pertama, yakni Jumat. Setelah siang sore prosesi biasa, lalu seusai Isya dilanjut LPJ. Kalau disusunan acara, misalnya pembukaan Musykom itu ada rentan waktunya, tetapi untuk LPJ tidak. Dari jam 19.30 WIB sampai selesai. Tak bisa diatur selesai kapan. Bahkan pernah sampai mau subuh, belum juga rampung.

Pada suatu moment LPJ di Al-Furqon Batu, saya dan bung Rahmat (dari Ternate), duduk sebaris di pinggir. Tak jauh dari deretan pengurus yang sedang memaparkan LPJ di depan.

Lama-lama, LPJ mulai panas. Kritik keras, jawaban keras, hingga saling tunjuk tak bisa dielakkan. Beberapa kader melerai. Tiba-tiba, seorang ketua bidang yang sedari tadi tampak diam, mengangkat meja di sampingnya atau depan kami. Terjungkir balik lah meja yang diatasnya ada teko teh. Teh itu tumpah di paha kami. Aku berdiri kaget, bukan karena ketumpahan teh, tetapi karena emosi dengan peristiwa itu. Beruntung tehnya sudah dingin. Mungkin karena di Batu yang udaranya dingin sehingga teh cepat pula dinginnya.

Ada lagi. Saat itu, suatu kepengurusan dianggap tidak maksimal. Perdebatan berakhir keras. Bahkan ketum yang LPJ dengan salah satu kader sudah tunjuk-tunjukkan dan saling berdiri. Para pengurus terutama immawati, sudah menangis dan menahan mas ketum. Semua nangis.

Lalu muncul tantangan dari senior, bahwa tak ada lagi kader yang bersedia mengurus komisariat. Jadi keluarlah tantangan siapa yang mau mengurus.

"Saya siap,"

"Saya juga siap,".

Yang lain menyusul menegaskan hal serupa. Disaat semua menangis, mengakui kelemahan tak bisa mengurus IMM Renaissance dengan baik. Tapi di situlah menjadi titik puncak bahwa IMM di hatiku. Karena siapapun ketuanya, siapapun pengurusnya, akan selalu dianggap gagal. Ini karena dinamika di komisariat yang sangat hidup.


Penggila Sepakbola

Sepakbola terutama futsal, menjadi pelampiasan kami ditengah hiruk pikuk dinamika di komisariat. Biasanya futsal dilakukan sore hari sampai jelang magrib. Atau beberapa kali di malam hari. Kami adalah para penggila sepakbola. Tak hanya gila main, tapi juga fans sejumlah klub, AC Milan (Milanisti) contohnya.

Mantan Ketum Joko Pitoyo, bahkan pernah kepalanya berdarah saking asyik menggiring bola plastik saat kami main futsal di parkiran mobil dekat Masjid AR Fachruddin.

Tak bisa dipungkiri juga, futsal telah menyatukan banyak kader. Saat itu, ada agenda futsal Korkom Cup, yang diikuti seluruh komisariat di kampus UMM. Kader-kader yang tak aktif atau kurang aktif, akhirnya bisa lebih akrab dan jadi aktif ke komisariat saat itu.


Ketua Komisariat Dilarang Pacaran!

Kalimat ini akan selalu ada dalam pembahasan di Musykom, terutama saat membahas tata tertib atau tatib calon ketua umum IMM Renaissance FISIP UMM. 

"Ketua komisariat harus bisa fokus mengurus komisariat. Maka kami usulkan syaratnya tidak boleh pacaran," seorang kader mempertegas kalimat di draft tatib itu.

Perdebatan pun terjadi. Semua punya usul, semua punya ide, dan semua diberi kesempatan untuk berbicara.

"Tak ada syarat itupun, toh buktinya selama ini ketum komisariat tidak pernah pacaran kok!,".

Benar juga sih. Tidak pernah ketum memiliki pacar saat itu. Bahkan saking itu terus berlangsung, ada yang menyebut ini kutukan jadi ketum komisariat.


Game di Komisariat dan Kelucuannya

Tak selamanya di komisariat diisi sesuatu yang berbau keilmuan saja, tidak. Game termasuk yang menjadi favorit, bahkan jedanya hanya ketika ada rapat saja.

Salah satu yang paling digemari adalah game FM (Football Manager). Game ini awal-awalnya hanya berbentuk bulatan kecil. Kita menjadi manager tim. Untuk memanikan ini, bahkan bisa berhari-hari. Tapi hanya komputer tertentu, mengingat kapasitas yang besar. Sementara saat itu, kebanyakan komputer di komisariat adalah Pentium 1. Setelah ada laptop pribadi, baru kemudian diinstal permainan ini.

Ada juga game cacing. Ini juga sempat menjadi idola. Hampir tak kenal waktu memainkan game ini. Selain itu, tentu ada PS. Beberapa kali menyewa di rental untuk dibawa ke komisariat.

Nah, ini biasanya digunakan saat tidak ada agenda di komisariat. Tetapi, ada dua tipe mereka yang ikut main PS. Yakni yang sudah mahir, dan yang tidak tahu sama sekali. Yang tak tahu ini mainnya harus melihat tanda di stik PS untuk menendang, mengumpan atau lainnya. Untuk yang golongan tidak tahu ini, akan mendapat jatah main di tengah-tengah malam, atau bahkan saat subuh. Saya termasuk golongan ini.

Comments